Rabu, 27 Agustus 2008

Aku Benci Dia

Tidak pernah kubayangkan aku akan jatuh cinta pada dirinya. Aku orang yang tidak mudah jatuh cintA, karena mungkin ada kesombongan dalam diriku merasa memiliki kelebihan dibandingkan dengan teman-teman sebaya. Mungkin karena itulah Allah mengujiku dengan menghadirkan seseorang yang bertempramental. Mungkin ia termasuk orang yang cerdas yang mampu mengaplikasikan bahan-bahan bacaannya secara utuh tapi sayang ia pergunakan untuk memperalatku.

Awal aku dipertemukan dan dekat dengan dia adalah melalui suatu diskusi panjang dan melelahkan. Bagaimana ia berhasil dengan sangat gemilang menekan perasaanku hingga hancur luruh seluruh jiwa dan ragaku. Air mataku jatuh bercucuran karena tak tahan dengan serangan kata-katanya yang begitu sangat menekan perasaanku. Ketika aku dalam keadaan sangat lemah, kritis, dan diambang keputusasaan disaat itulah dengan 'gentle' ia memohon maaf padaku. Aku begitu terenyuh dengan permintaan 'tulus' maafnya. Dari situlah awal aku menaruh hati dan jatuh cinta padanya.

Sungguh itu adalah awal manisnya cinta dan kasih sayang sekaligus juga racun yang membuatku sakit. Sakit berkepanjangan oleh ulahnya yang 'sangat cerdas' dalam menaklukan keliaranku. Oh sungguh hari-hariku bersamanya indah, sekaligus juga pedih. Hinaan yang ia lontarkan sangat merendahkan diriku. Aku lunglai. Aku tak berdaya. Sungguh aku sangat sayang dia. Sungguh aku sangat benci dia. Sungguh aku tak dapat melupakan dia. Sungguh berbagai perasaan menyergap diriku.

Kini sisa kenangan manis dan pedih berbaur jadi satu. Dan aku tak tahu bagaimana aku menjalaninya. Sanggupkah aku tanpa dia? Kuatkah aku memalingkan kasih sayangku? Aku tidak tahu.

Yang pasti "AKU BENCI DIA".

Tidak ada komentar: